LANDAK JAWA

(Hystrix javanica)

landak

|

|

KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT Yang Maha Pemurah  karena berkat kemurahan-Nya buku ini dapat penulis selesaikan tepat waktu. Dalam buku ini, penulis membahas mengenai “Landak Jawa” yang merupakan salah satu hewan pengerat.

Buku ini dibuat dalam rangka memperdalam  pemahaman mengenai Landak dan menyelesaikan tugas praktikum  mata kuliah “Vertebrata”. Buku ini merupakan hasil laporan studi lapangan mahasiswa Biologi UNY ke Museum Biologi UGM dan Gembira Loka. Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai buku pegangan untuk membantu kita lebih mengenal tentang Landak.

Penulis menyadari bahwa buku ini belum sempurna, baik dalam isi maupun susunan buku ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca penulis harapkan. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini sehingga pada akhirnya buku ini selesai. Terimakasih.

Yogyakarta, 13 Mei 2010

Penulis

Anang Safrudin


|

|


BAB I

PENDAHULUAN

Pengantar

Vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang yang tersusun dari vertebra. Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Vertebrata memiliki sistem otot yang banyak terdiri dari pasangan massa dan sistem saraf pusat yang biasanya terletak di dalam tulang belakang. Sistem respirasi menggunakan insang atau paru-paru.

Klasifikasi Vertebrata menurut Janvier (1981, 1997), Shu et al. (2003), dan Benton (2004) adalah sebagai berikut. Tanda “†” dalam penulisan berarti kelompok tersebut sudah punah.

  • Subfilum Vertebrata
    • Hyperoartia(lamprey, termasuk vertebrata tak berahang)
    • Kelas Conodonta  †
      • Subkelas Pteraspidomorhi †
    • Kelas Thelodonti †
    • Kelas Anaspida †
    • Kelas Galeaspida †
    • Kelas Pituriaspida  †
    • Kelas Oseostraci  †
    • Infrafilum Gnathostomata (vertebrata berahang)
    • Kelas Placodermi  (ikan berkepala perisai dari masa paleozoik) †
    • Kelas Chondrichthyes (ikan bertulang rawan: hiu dan pari)
    • Kelas Acanthodii (hiu berduri dari masa Paleozoik) †
    • Superkelas Osteichthyes (ikan bertulang sejati: mencakup hampir semua ikan penting yang dikenal orang)
    • Kelas Actinopterygii (ikan bersirip kipas)
    • Kelas Sarcopterygii (ikan bersirip cuping/sirip berdaging)
    • Subkelas Coelacanthimorpha (coelacanth)
    • Subkelas Dipnoi (ikan paru)
    • Subkelas Tetrapodomorpha (moyang semua tetrapoda )
    • Superkelas Tetrapoda (vertebrata bertungkai empat)
    • Kelas Amfibia
    • Seri Amniota (hewan beramnion)
    • Kelas Sauropsoda (reptilia dan unggas)
    • Kelas Aves (unggas)
    • Kelas Synapsida (reptilia mirip mamalia)
    • Kelas Mamalia (mamalia)

Dari begitu banyak kelompok anggota Vertebrata, dalam buku ini, penulis akan membahas mengenai Kelas Mamalia (mamalia). Kelas Mamalia, asal usulnya adalah dari bangsa reptile, muncul pada era Mesozoikum. Mammal telah telah tersebar luas hamper di setiap relung ekologi di bumi sehingga dapat ditemukan di laut, sepanjang pantai, di pohon, di sungai, di danau, di bawah tanah, di atas tanah dan juga di udara. Persebaran mamal mulai dari daerah tropis hingga ke kutub dengan jumlah spesies hingga ribuan spesies. Mamalia terdiri lebih dari 5.000 genus, yang tersebar dalam 425 keluarga dan hingga 46 ordo.

Mamalia memiliki karakter structural yang membedakan dari kehidupan vertebrata lainnya.  Kelas Mamalia memiliki ciri utama berupa adanya kelenjar susu. Kelenjar susu ini berfungsi sebagai sumber makanan bagi anaknya saat masih bayi (baru lahir). Kelenjar lain yang bias ditemukan adalah kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat (sudorifera). Sebagian besar mamalia melahirkan keturunannya, tapi ada beberapa mamalia yang tergolong ke dalam monotremata yang bertelur. Kelahiran juga terjadi pada banyak spesies non-mamalia, seperti pada ikan guppy dan hiu martil; karenanya melahirkan bukan dianggap sebagai ciri khusus mamalia. Demikian juga dengan sifat endotermik yang juga dimiliki oleh burung.

Monotremata tidak memiliki puting susu, namun tetap memiliki kelenjar susu. Artinya, monotremata memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kelas Mamalia. Perlu diketahui bahwa taksonomi yang sering digunakan belakangan ini sering menekankan pada kesamaan nenek moyang; diagnosa karakteristik sangat berguna dalam identifikasi asal-usul suatu makhluk. Jika ada salah satu anggota Cetacea ternyata tidak memiliki karakteristik mamalia, maka ia akan tetap dianggap sebagai mamalia karena nenek moyangnya sama dengan mamalia lainnya.

Mamalia memiiki 3 tulang pendengaran dalam setiap telinga dan 1 tulang (dentari) di setiap sisi rahang bawah. Vertebrata lain yang memiliki telinga hanya memiliki 1 tulang pendengaran (yaitu, stapes) dalam setiap telinga dan paling tidak 3 tulang lain di setiap sisi rahang.

Mamalia memliki integumen yang terdiri dari 3 lapisan: paling luar adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis. Epidermis biasanya terdiri atas 30 lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air. Sel-sel terluar dari lapisan epidermis ini sering terkelupas; epidermis bagian paling dalam sering membelah dan sel anakannya terdorong ke atas (ke arah luar). Bagian tengah, dermis, memiliki ketebalan 15-40 kali dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai komponen seperti pembuluh darah dan kelenjar. Hipodermis tersusun atas jaringan adiposa dan berfungsi untuk menyimpan lemak, penahan benturan, dan insulasi. Ketebalan lapisan ini bervariasi pada setiap spesies.

Rambut tumbuh dalam periode tertentu dalam hidupnya, meskipun berkurang atau tidak ada sama sekali pada stadium tua seperti pada paus. Mamal seperti halnya burung memiliki mekanisme internal pengontrol suhu tubuh.






BAB II

PEMBAHASAN


A. Klasifikasi

Kingdom            : Animalia

Filum                   : Chordata

Subphylum       : Vertebrata

Infraphylum    : Gnathostoma

Superclassis    : Tetrapoda

Classis               : Mammalia

Subclassis       : Theria

Infraclassis    : Placentalia

Ordo                 : Rodentia

Suborder         : Hystricomorpha

Subordo          : Hystricomorpha

Infraorder     : Hystricognathi

Infraordo      : Phiomorpha

Familia           : Hystricidae

Genus             : Hystrix

Spesies           : Hystrix javanica


B. Deskripsi

Landak  jawa (Hystrix javanica) atau dalam bahasa Inggris disebut Sunda Porcupine adalah nama untuk sejenis mamalia berwarna coklat kehitaman dengan bulu-bulu keras (biasa disebut duri) yang menutupi tubuh bagian atas mereka. Bulu Landak ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri. Pada umumnya seekor landak mampu berlari kencang untuk menghindari pemangsa. Namun jika terdesak, Landak akan berhenti dan mendirikan bulu-bulunya yang menyerupai duri yang terdapat di kulit bagian atas. Duri pada landak sebetulnya adalah rambut yang termodifikasi menjadi besar dan mengeras. Duri landak tersusun dari bahan yang sama dengan rambut yaitu keratin, sejenis protein.

Landak  jawa merupakan Rodentia yang berukuran besar, panjang tubuhnya 37 sampai 47 cm, panjang ekor 23 sampai 36 cm,  dengan berat badan 13 sampai 27  kg. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut yang keras di bagian separoh badan ke muka dan bagian bawah, sedang di bagian punggung belakang sampai ekor tampak rambut. Rambut mempunyai tusuk-tusuk sate yang sangat tajam, rambut-rambut yang pendek berwarna hitam kecoklatan sedang yang mempunyai tusuk sate berwarna coklat putih. Matanya sempit berwarna hitam dengan bentuk telinga seperti kepingan uang logam. Landak mampu bertahan hidup hingga 27 tahun.

C. Habitat

Landak terdapat pada semua tipe hutan, perkebunan, semak-semak, padang rumput dan bahkan tepian perkampungan yang ada di wilayah bagian Jawa dan pulau Madura. Landak merupakan satwa terrestrial ( hidup di tanah ) sehingga Landak membuat sarang dengan membuat lubang di dalam tanah dengan kedalaman sekitar 5 meter. Lubang ini terdiri beberapa cabang di dalam tanah yang mempunyai beberapa pintu keluar. Satu lubang (berukuran lebih besar) menjadi pintu masuk utama dan beberapa lubang (berukuran lebih kecil) sebagai pintu keluar. Karena habitatnya berada didekat pemukiman warga dan lading masyarakat, tidak jarang landak di anggap sebagai hama yang merusak tanaman di ladang para petani.

D. Persebaran

Di Indonesia sendiri Landak Jawa (Hystrix javanica) merupakan satwa endemic di pulau Jawa dan masih kerabat dekat dari landak sumatera/Sumatran Porcupine (Hystrix sumatrae) endemik Sumatera, dan Bornean Porcupine(Thecurus crassispinis) endemik Kalimantan. Landak Jawa (Hystrix javanica) terdapat di seluruh pulau Jawa. Persebarannya meliputi daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur dan bahkan sampai Madura.  Dan setu-satunya jenis landak yang ada di Pulau Jawa.

E. Perilaku

Satwa ini di siang hari bersembunyi di dalam lubang, jika malam keluar dari lubang mencari pakan. Satwa ini seperti tikus suka mengendus-endus tanah dan mondar-mandir di sekitar sarang. Hal ini di maksudkan untuk mendapatkan sumber pakan atau mengantisipasi jika ada bahaya. Apabila dalam keadaan terdesak satwa ini akan menggunakan rambut yang seperti tusuk sate (duri) tersebut yang berperan sebagai pelindung atau sebagai senjata.

Karena termasuk hewan pengerat, maka sering kali Landak memegang batu dan menggerogoti batu itu untuk mengurangi pertumbuhan giginya. Saat mencari makan, Landak menggunakan kaki depannya untuk menggali tanah. Pada saat tidur, Landak biasanya berbaring tengkurap dengan posisi keempat kakinya menyamping dan perut diletakkan di tanah tentu dengan memejamkan matanya.

Bila sedang kawin Landak akan lebih aktif dan agresif, khususnya landak jantan. Ekor landak jantan akan bergerak-gerak dan memutar-mutar ke segala arah di sekitar landak betina. Landak betina cenderung lebih pasif dan jarang bergerak saat kawin, dan hanya sesekali mengikuti gerak landak jantan. Keduanya saling bergerak dan seolah-olah seperti sedang berkelahi. Setelah itu keduanya sama-sama menjilati tubuh pasangannya, terutama di bagian leher. Setelah itu landak jantan bergerak dari arah belakang landak betina untuk menungganginya.

F. Morfologi

Secara morfologi tubuh landak dibedakan menjadi 5 bagian yaitu : caput, cervik, thorax, abdomen dan glutea. Pada caput (kepala) terdapat nares (hidung), fibrisae (kumis), organon visus (mata), auriculae (daun telinga), porus acusticus externus (lubang telinga) dan rima oris (mulut) dimana terdapat lingua dan dentes.

Gigi (dentes) pada landak memiliki formula   1/1, 0/0, 1/1, 3/3,          sehingga berjumlah 20 gigi.

Cervik pada landak terdapat rambut dan belum di tumbuhi duri. Pada kulit thorak, selain di tumbuhi rambut juga mulai tumbuh duri-duri yang pendek. Pada kulit bagian abdomen, duri-duri cukup panjang-panjang dan tebal. Sedangkan pada bagian glutea, duri-duri pendek namun tebal dan cenderung patah. Landak memiliki 2 pasang kaki yang pada setiap kaki terdapat 5 jari (digiti). Kaki pendek seperti halnya marmut. Bagian abdomen terdapat papilla mamae (puting susu).

G. Jenis Makanan dan Pencernaan

Di habitat aslinya landak jawa ini memakan bagian-bagian tanaman seperti akar, ubi-ubian, kulit kayu dan buah-buahan dari berbagai jenis. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa ubi-ubian, sayur-sayuran dengan kuantitas berat pakan yang diberikan 10 % dari berat badannya.

Gigi (dentes) pada landak berfungsi untuk memotong dan mengunyah makanannya. Lidah (lingua) berguna untuk mengatur arah makanan dan juga untuk merasa karena terdapat beberapa tipe papillae yang terhubung dengan tunas rasa. Esophagus sebagai saluranpenghubung antara rongga mulut dengan lambung. Panjang esophagus tergantung dengan panjang leher. Di ujung dalam saluran esophagus terdapat lambung yang berfungsi untuk mencerna makanan. Setelah melalui proses pencernaan secara kimiawi, makanan yang sudah hancur kemudian melalui intestinum tennue, jejenum, dan ileum untuk di serap sari-sarinya. Selanjutnya sisa kotoran di tamping dalam caecum yang nantinya di buang melalui anus.


H. Penafasan

Pada landak, udara dari trachea melewati pasangan bronchus utama kemudian ke dalam cabang bronchus dan broncheolus yang lebih kecil. Proses it uterus berlangsung hingga pada akhirnya berhenti dalam alveoli dimana terjadi pertukaran gas O2 yang masuk dengan dengan CO2 dari dalam tubuh. Nares (hidung) selain sebagai alat pernafasan juga sebagai indra pembau khususnya dalam mencari makan.


I. Reproduksi

Seperti halnya mamalia lain, landak memiliki organ urogenital berupa ren (ginjal), ureter, vesica urinaria, pada jantan (uterus masculine,ductus deferens, testis, epididymis, urethra, dan penis), sedang pada betina (oviduct, ovarium, servic, dan porus genetalia). Kedua ovarium pada landak biasanya fungsional dalam menghasilkan ovum. Waktu yang diperlukan Landak selama bunting kira-kira 8 minggu. Landak dapat melahirkan anak hingga 2 – 4 ekor dalam satu kali bunting. Setelah anak itu lahir, tubuh anak sangat lemah sampai umur 10 hari. Induk landak akan mengasuh anaknya selama 3 bulan. Setelah lebih dari 3 bulan landak akan mulai belajar mencari makan.

J. Sirkulasi Darah

System sirkulasi darah pada landak berpusat pada jantung (cor) seperti pada vertebrata lainnya. Organ sirkulasi landak sama seperti mamalia lainnya, emiliki empat ruang jantung yang terdiri atas dua atrium (atrium sinister dan atrium dexter) dan dua ventrikel (ventrikel sinister dan ventrikel dexter). Kesempurnaan sekat rongga interatrium dan interventrikel menyebabkan pembagian yang sempurna antara darah venosus dan darah arteriel. Atrium kanan (atrium dexter) dihubungkan dengan ventrikel kanan (ventrikel dexter) oleh katub trikuspidalis, sedangkan atrium kiri (atrium sinister) dihubungkan oleh katub mitral atau bikuspidalis. System aorta berasal dari bagian lengkung aorta sebelah kiri, lengkung aorta sebelah kanan  menjadi arteri subklavia kanan. Semua vena cava langsung masuk ke atrium kanan (atrium dexter), sedangkan sinus venosus mereduksi pada saat embrio. Eritrosit landak bersifat tidak berinti sel (enukleat).

K. Status Perlindungan

Landak jawa (Hystrix javanica) merupakan salah satu satwa yang dilindungi Pemerintah, yaitu Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dan PP 7 dan 8 Tahun 1999.




BAB III

PENUTUP

Simpulan

Landak  jawa (Hystrix javanica) merupakan mamalia dari ordo rodentia yang memiliki duri yang menutupi kulitnya. Panjang tubuh landak jawa yakni  37 sampai 47 cm, panjang ekor 23 sampai 36 cm,  dengan berat badan 13 sampai 27  kg. Landak jawa mampu hidup hingga 27 tahun jika berada dalam kandang. Landak Jawa merupakan hewan pengerat yang memakan sayuran, buah-buahan, akar-akaran, umbi-umbian, dan kulit kayu. Landak Jawa merupakan hewan endemic yang tersebar di seluruh pulau Jawa hingga Madura. Hewan ini bersifat vivipar atau melahirkan. Masa kehamilannya kira-kira selama 56 hari. Anak yang dilahirkannya akan di asuh sang induk selama 3 bulan dan setelah itu akan dibiarkan mencari makan sendiri. Landak Jawa termasuk dalam hewan terrestrial dengan membuat sarang berupa lubang di tanah. Habitat Landak jawa yaitu di hutan-hutan tropis yang ada di P. Jawa, perkebunan, ladang, padang rumput, dan bahkan disekitar pemukiman warga. Bagi para petani, Landak dianggap sebagai hama karena sering merusak tanaman sayur di ladang dan persawahan.


DAFTAR PUSTAKA

Sastrapradja, Setijati. 1996. Binatang Hama. Bogor: LIPI.

Sukiya. 2005. Biology Vertebrata. Malang: UM press.

Orr, R.T.1976. Vertebrate Biology. Philadelphia: Saunders Company

Vaughan, A Terry. 1978. Mammalogy Second Edition. Philadelphia: Saunders college.

http://dunialandak.com/2010/03/reproduksi-landak/

http://gembiraloka.net/listfauna.php?pageno=3&kt=fam&kat=FAUNA%20MAMALIA&pil=2

http://www.karimunjawanationalpark.org/mamalia/blog

http://www.scumdoctor.com/Indonesian/disease-prevention/genetic-disorders/genetic/reproduction/Hedgehog-Reproduction.html

http://www.wikipedia.com

Satu tanggapan »

  1. wardi berkata:

    Asslm.wr.wb
    subahanalah
    sebelumny saya mohon maaf ni numpang coment, Keren banget ni buku, mengulas tetang landak, btw saya juga tertarik dng satwa landak, ada beberpa yang ingin saya tanyakan:
    1. hukum nya daging landak, apa halal apa haram?
    2. lokasi landak yang di jawa tengah dan jogja di mana aja?
    3. Ahli atau peneliti landak di indonesia siapa aja atu mas punya kenalan peneliti di dunia yang konsen ke landak?
    mohon jawabnya, jika ada salah kata saya mohon maaf yang sebesar2nya,terimah kasih banyak.

    hormat saya

    wardi, S.Pt

    • meynyeng berkata:

      walaikumslm.wr.wb

      wah,, tak apa2 mas.. saya malah senang banget mas kasih coment postingan saya ni.,

      saya akan coba menjawab:
      1. menurut beberapa informasi yang saya dapat,.

        Landak
        Muhammad Shiddiq al-Jawi
        Yogyakarta, 3 Maret 2006
        Landak dalam bahasa Arabnya disebut al-qunfudz. Mengenai landak (qunfudz) ini, ada khilafiyah. Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad, hukumnya haram, berdasarkan sebuah hadis yang mengharamkannya. Sedang menurut Imam Malik dan Ibnu Abi Laila, hukumnya halal (Imam ash-Shan’ani, Subulus Salam IV/77).
        Namun pendapat yang tepat (sahih), adalah halal (Imam an- Nawawi, al-Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab, 8/16). Hal itu karena tidak ada dalil yang kuat yang mengharamkannya. Karena itu, hukumnya kembali pada hukum asal benda, yaitu mubah.
        Mereka yang mengharamkan landak berhujjah dengan hadis dari ‘Isa bin Namiilah al-Fazari dari bapaknya, ia berkata,”Saya pernah di sisi Ibnu Umar lalu dia ditanya hukum makan landak. Lalu Ibnu Umar membaca ayat,”Qul laa ajidu fiimaa…” (QS 6: 145). Maka berkatalah seorang kakek (syaikh) di sisi Ibnu Umar,”Aku telah mendengar Abu Hurairah berkata,”Pernah disebut landak di sisi Nabi SAW maka Nabi mengatakan,”Sesungguhnya ia (landak) adalah satu keburukan di antara keburukan-keburukan (khabiits min al-khabaa`its).” Maka berkata Ibnu Umar,”Jika itu dikatakan Rasulullah SAW, maka hukum landak adalah seperti yang beliau katakan.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud) (Imam asy-Syaukani, Nailul Authar, hal. 1681; Imam ash-Shan’ani, Subulus Salam, IV/77).
        Namun menurut Imam Ibnu Hasjar Al-Asqalani dalam Bulughul Maram, seperti dikutip Imam ash-Shan’ani,”Sanadnya lemah.” (Subulus Salam IV/77). Imam ash-Shan’ani menerangkan sebab kelemahannya adalah identitas kakek yang tidak diketahui (majhuul). (Subulus Salam IV/77).
        Oleh karena itu, hukum landak kembali pada hukum asal benda, yaitu mubah. Inilah hukum yang diyakini sebagai hukum asal. Sedang dalil hadis di atas, kesahihannya diperselisihkan di antara para ulama. Jadi, dalil yang mengharamkan landak masih diragukan. Dalam keadaan demikian, berlakulah kaidah fikih yang masyhur,”al-yaqiinu laa yuzaalu bi al-syakk.” (sesuatu yang yakin tidak dapat dihilangkan dengan sesuatu yang diragukan).(Imam as-Suyuthi, al-Asybah wa an-Nazha`ir, hal. 37).
        Kesimpulan mengenai hukum tupai dan landak, keduanya adalah halal. Wallahu a’lam. [ ]

        Dari: adicahyadi
        Topik: Re: Bls: [assunnah] Tanya: tentang halal haram daging landak
        Kepada: assunnah@yahoogroups.com
        Tanggal: Selasa, 24 Maret, 2009, 5:52 PM

        Hukum daging landak adalah termasuk HARAM, landak dihukumi seperti tikus yaitu KHOBAITS hal ini yang pernah saya baca dari sebuah kitab berjudul “Indahnya Fikih Praktis Makanan” buah pena dari Al Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as Sidawi dan Abu Ubaidillah Syahrul Fatwa yang diterbitkan oleh Pustaka Al Furqon Gresik.

        Wallahua’lam…mohon koreksi apabila ada salah dari saya.

        Landak.

        Syaikh Al-Fauzan menguatkan pendapat Asy-Syafi’iyyah akan boleh dan halalnya karena tidak ada satupun dalil yang menyatakan haram dan khobitsnya. Lihat Al-Majmu’ (9/10).

        Saya juga masih bingung tetntang hukum makan landak ini,, namun menurut saya daging landak ini Halal, karena landak bukan hewan yang memiliki taring,dan juga termsuk mamalia herbifora.

        2. kalo lokasi landak yg ada di jateng&jogja,,
        jateng: di perbukitan Pati ayam , Ungaran, Menoreh, Bayat klaten
        jogja : Piyungan gunungkidul (sudah jarang ada), TN gunung merapi.,
        info ini dari temen2ku yang tinggal di daerah itu,, karena saya sendiri belum melakukan pengamatan untuk hal ini..
        trus yang pasti ada tuh ada di kebun binatang atu mas,..hehe

        3. peneliti yang sudah senior,, aku juga belum kenal mas,.

Tinggalkan komentar